Dalam kitab Jami’ al-Ushul at-Thuruq as-Shufiyah yang ditulis oleh Syaikh Ahmad an-Naqsyabandi al-Khalidi:
وَ مِنْهَا ختم الْأَوْلِيَاء, وَهُمْ ثَلاَثَةٌ: عِيْسَى بن مريم خُتِمَ بِهِ الْخِلاَفَفَةُ الْعَامَّةُ وَالولاَّيَةُ الشَّامِلَةُ
مِنْ آدَمَ حَتَّى آخِرِهِمْ. فَفِيْ حَقِّهِهِ حُشِرَ مَعَ الْأَنْبِيَاءِ وَمَعَ اُمَّةِ محمدٍ فِي الْقِيَامَةِ. وَمحمد الْمَهْدِي خَتَمَ خَاصَّةَ خِلاَفَةِ محمديةِ. وَالشَّيْخُ الْأَكْبَرُ خُتِمَ بِهِ الْوِلاَيَةُ الْخُصُوْصِيَّةُ
“Dan darinya ditutup para Wali Allah, mereka ada tiga, yaitu: 1) ‘Isa bin Maryam, dengannya ditutup al-Khilafah al’Ammah, dan lingkaran (kepemimpinan Allah) yang menyeluruh dari mulai Adam sampai yang paling akhir. Maka pada haknya ia dikumpulkan beserta para Nabi dan beserta umat Nabi Muhammad di Hari Kiamat. 2) Muhammad al-Mahdi, ia menutup khalifah Muhammadiyyah yang khusus (apabila sudah masuk kepada kepemimpinan Nabi Isa), dan 3) Syaikh Akbar (gelar kewalian) dengannya ditutup kewalian yang khusus (apabila sudah masuk ke masa Imam mahdi)”.
Dalam Hamisy Risalah al-‘Arif Salim bin Ahmad Syaikhani Ba’alawi, terdapat keterangan:
والختم وهو واحد في كل زمان يختم الله به الولاية الخاصة وهو الشيخ الأكبر
“wali al-Khatam adalah satu orang pada setiap zamannya, Allah menutup dengannya kewalian yang khusus (pada zamannya), ia adalah “Syaikh Akbar”. (Syaq al-Habib fi Ma’rifati Rijal al-Ghaib).
Istilah “Syaikh Akbar” tidak dikhususkan kepada Muyiddin Ibn ‘Arabi al-Hatimiy, karena ada beberapa Wali Allah yang bergelar “Syaikh Akbar” seperti: Syaikh Muhammad Baha`uddin al-Hasani an-Naqsyabandi pendiri Tarekat Naqsyabandiyah, sebagaimana yang terdapat dalam kitab al-wirid an-Naqsyabadi, Syaikh Abul Hasan as-Syadziliy pendiri Tarekat Syadziliyah, sebagaimana yang disebutkan oleh penulis kitab Jami’ al-Ushul fil Awliya, Syaikh ‘Abdul Fattah pembawa tarekat Idrisiyah ke Indonesia, dan Masyaikh yang melanjutkannya.
Ahmad an-Naqsyabandi al-Khalidi, Jami al-Ushul fil Awliya ath-Thuruq as-Shufiyah, juz 2, hlm. 32.