MENJADI GURU PEMBELAJAR
Oleh: Adang Nurdin M.S., M.Pd
Direktur SDMU Idrisiyyah Foundation dan Muhadhir Mahad Aly Idrisiyyah
Penyelenggaraan pendidikan pada era global ini menuntut mutu sumber daya guru. Tugas guru adalah mengembangkan wawasan keilmuan dan membentuk sikap, nilai serta kematangan kepribadian peserta didik. Dalam konteks ini, seorang guru perlu diberikan keleluasaan dalam mengembangkan kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari. Seorang guru harus dapat menjalankan tugasnya secara profesional dalam mengembangkan pembelajaran yang interaktif, dialogis, menarik, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik. Maka sudah selayaknya para Guru menjadi pendidik tidak menutup diri dari berbagai informasi atau dalam kata lain senantiasa belajar untuk meningkatkan komptensinya.
Sebagai seorang Guru dan Pendidik, reading habit guru harus selalu meningkat sebagai sarana penambahan wawasan. Jangan sampai anak didik selangkah lebih maju daripada gurunya dari aspek pengetahuan sebagai dampak derasnya informasi melalui media sosial yang diterima oleh anak-anak. Dalam persfketif Islam Allah SWT memberikan modal yang luar biasa kepada setiap manusia untuk terus belajar dan mengambil pelajaran, seperti informasi yang datang melalui penglihatan, pendengaran akan turun ke hati, hati yang merasa dan tersambung kepada Allah SWT. Sehingga mampu mengolah informasi menjadi sebuah pembelajaran.
Apa yang dilihat dan didengar bukan hanya berlalu begitu saja. Namun ada proses olah rasa dan olah hati yang menjadikan pribadi guru yang pandai merasa, bukan merasa pandai. Dari sana akan tumbuh kenginan untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi diri. Al-Qur’an menyebutkan “Dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur” (QS.An-Nahl:78).
Tiga modal yang Allah SWT berikan kepada setiap manusia adalah sama, yakni berupa potensi pendengaran, penglihatan dan hati nurani. Modal yang sama teresebut akan menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan apabila modal itu dikelola dengan sikap syukur. Bentuk dari mengelola modal dan karunia besar dari Allah SWT ialah dengan bersyukur. Pendengarannya digunakan untuk mendengarkan berbagai hal yang bermanfaat dan menambah wawasan, kajian, pembinaan, seminar. Bahkan lebih dari itu Guru dan Pendidik bisa belajar dengan mau mendengarkan peserta didik, mendengarkan rekan sepforesi, orangtua dengan berbagai problematika di dalamnya sebagai sebuah pembelajaran untuk meningkatkan kualitas diri.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1), ada 4 kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi pedagodik, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan atau keterampilan guru yang bisa mengelola suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar dan mengajar dengan peserta didik. Kompetensi pedagogik lahir dari kompetensi pribadi seorang guru yang mampu mengambil ibrah (pelajaran) dari setiap kendala yang dihadapi. Ketika proses belajar mengajar, menghadapi permasalahan anak-anak yang sulit belajar, malas, hiperaktif, maka dapat membuat problem diolah menjadi sebuah solusi. Itulah buah dari mendayagunakan modal yang Allah SWT berikan berupa pendengaran, penglihatan dan hati nurani lahir sebuah kreativitas guru dalam mendidik dan selalu menemukan solusi dari setiap permasalahan pembelajaran di kelas.
Menjadi guru yang memiliki ‘Sense of Care and Sense of Belonging’ adalah wujud dari kompetensi sosial. Peduli terhadap perkembangan siswa, peduli terhadap perkembangan lembaga, sekolah bukan dijadikan semata-mata tempat bekerja saja. Lebih dari itu sekolah dijadikan sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT dalam rangka memperoleh tiket anugrah Allah SWT sebagai orang yang berilmu dan bermanfaat ilmunya. Dengan mendayagunakan modal yang Allah SWT berikan dengan baik dan maksimal, maka akan lahir guru profesional yang memiliki jiwa pembelajar dan jiwa pengabdi. Sebagaimana dokter bertugas mengobati penyakit pasien, guru bertugas mengatasi berbagai keluhan belajar yang dihadapi siswa. Keduanya dituntut bersikap profesional dalam melaksanakan tugas. Guru yang dekat dengan siswa dan berpengalaman mengajar bertahun-tahun akan mengetahui berbagai ‘penyakit’ yang biasa diderita siswa. Dengan demikian, guru tersebut tak akan kesulitan menemukan solusi yang tepat. Sehingga sangat tidak wajar jika guru yang sudah mengajar bertahun-tahun kemudian menemukan permasalahan belajar yang sama tapi tidak memiliki ‘obat’ dengan resep yang pas sebagai solusinya. Seharusnya pengalaman guru mampu dijadikan berbagai formulasi resep untuk setiap penyakit belajar siswa.
Salah satu ‘penyakit’ yang biasa dihadapi siswa adalah rendahnya motivasi. Itu terlihat dari aktivitas siswa dalam KBM dan saat mengerjakan tugas yang diberikan guru. Padahal, motivasi merupakan pilar keberhasilan dalam belajar. Tanpa motivasi yang kuat, KBM tak akan berhasil. Ketika guru melihat siswa kehilangan motivasi belajar, perlu ditelusuri penyebabnya, lalu dicarikan solusi. Guru jangan menunggu siswa datang untuk sharing. Guru harus peka terhadap kondisi siswanya. Tak jarang pula, minat baca siswa rendah. Siswa lebih betah berjam-jam di depan televisi daripada membaca. Untuk membangkitkan minat baca siswa, guru bisa menunjukkan betapa banyak manfaat membaca. Misalnya, membangkitkan kreativitas, memberikan hiburan yang sehat, bahkan (bagi seorang muslim) perintah agama. Selain itu hal ini juga disebabkan oleh rendahnya minat baca guru-guru di sekolah yang tidak menjadi uswah bagi budaya literasi sekolah.