Mursyid sebagai mu\’allim plus mudarrib (pelatih) yang akan mengecek pemahaman dan amaliyah muridin dilapangan atau dalam praktik kehidupan. Sehingga Mursyid memiliki catatan raport setiap murid.
Tauhid berasal dari kata wahhada yuwahhidu tauhid artinya mengEsakan, menunggalkan. Tauhidullah merupakan ushul sedangkan amaliyah adalah furu\’nya, sehingga ibadah dan kebaikan tanpa tauhid, maka tidak akan mendapatkan pahala Akhirat yang abadi, hanya sebatas pahala dunia, berupa penghargaan dan pujian manusia. Pelaku Syirik tidak dapat memperoleh ampunan Allah SWT, di Akhirat, berbeda dengan dosa dosa lainnya. Dengan demikian mengetauhi tauhid dan memelihara ketauhidan begitu penting sekali.
Ruanglingkup tauhid yaitu Allah SWT sebagai al Ma\’bud (Al-ilah) dan Rabb, dan keduanya muradif dalam penggunaan kalimat dalam al Quran, sehingga ketika dalam Al Quran disebutkan Allahu Rabbussamawati wal ardh bermakna Allah Pencipta dan Yang disembah dilangit dan dibumi.
Makna ilaah (aalihah) artinya al ma\’bud, apabila dimaknai penyembahan menjadi uluhiyah. Sehingga tauhid maknanya bahwa hanya Allah satu satunya yang diibadahi.
Rabb (Arbab) dengan makna pencipta, pemelihara dan pemilik/penguasa, apabila dimaknai sifat keTuhanan menjadi Rububiyyah. Maka tauhid bermakna pula bahwa hanya Allah satu satunya yang Maha Pencipta, pemelihara dan penguasa.
Dalam al Quran terdapat kata syirik (sekutu), andad (tandingan), dhiddun (kebalikan/pasangan), dan walad (anak). Dalam Al Quran diinformasikan beberapa kaum musyrikin yang sudah pasti kesyirikannya seperti kaum Nabi Nuh, yang menyembah berhala : Wadda, Suwa\’a, Yagutsa, Ya\’uqo, Natsr. Kelima nama ini adalah orang orang terbaik dan shaleh pada zamannya, kemudian dibuatkan patungnya yang asalnya hanya sebagai penghormatan, kemudiam Syaithan menggelincirkan mereka kepada penyembahan, dan menyekutukannya dengan Allah. Hal ini bermula dari ghuluw (berlebih lebihan) kemudian bergeser kepada syirik. Seperti Nabi Isa, yang asalnya penghormatan yang melampaui batas sampai memposisikan Isa sebagai anak Allah, dimana anak itu sejenis dengan bapaknya. Na\’udzu billah
Kemudian perbuatan syirik Arab Jahiliyah, membuat berhala sesuai dengan status sosialnya, ada berhala dari batu, kayu, emas, bahkan roti. Dan mereka meyakini bahwa patung patung tersebut dapat memberikan manfaat dan madarat.
Posisi Wasilah kepada para Nabi, dan para Wali, sebagian muslimin (Wahabi/Salafi) yang menyamakan wasilah dengan syirik, karena menganggap kaum terdahulu yang menghormati orang orang shaleh kemudian menjadi sembahan selain Allah. Ini merupakan kekeliruan yang sangat patal. Padahal sehebat apapun pengagungan kepada para Rasul Allah selama tidak menjadikan mereka sebagai Alihah maka bukanlah syirik. Sehingga merubah posisi makhluk menjadi memiliki sifat Tuhan itulah batas dari ghuluw. Pada masa hidup Nabi saw, banyak para sahabat mengambil berkah dari Nabi saw, karena saking mengimani dan mencintai Nabi saw. Seperti mereka berebut dengan air bekas wudhu Nabi saw, keringat Nabi saw, rambut, dan lainnya. Wahabi membenarkan dengan tabaruk diatas selama Nabi saw masih hidup, dengan demikian justru mereka menghinakan Nabi saw, karena menyamakan wafatnya Nabi saw dengan matinya binatang. Seperti mereka menganggap syirik meminta tolong kepada Nabi saw ketika sudah wafat, berbeda ketika Nabi saw masih hidup maka boleh meminta tolong kepadanya. Justru ini menunjukan syirik, karena baik Nabi saw masih hidup maupun sudah wafat, tetaplah Allah SWT, yang hakikatnya menolong, Nabi saw baik ketika masih hidup maupun sudah wafat menolongnya bersifat bukan hakiki, karena Allah yang menolong secara hakiki. Sehingga jika kebolehan meminta tolong kepada Nabi saw ketika masih hidup saja, maka justru mereka meyakini Nabi saw yang menolong secara hakiki. Maka inilah syirik yang sebenarnya dari kalangan Wahabi Salafi.
Maka selama umat meyakini Nabi saw dan para Nabi para Wali sebagai \’abdun dan makhluq, bukan ma\’bud dan khaliq maka bukan perbuatan syirik walaupun mengagungkan mereka setinggi tingginya. Seperti firman Allah bahwa Nabi saw diutus sebagai rahmat Allah bagi seluruh alam, sehingga Arasy, langit bumi dan isinya mendapatkan rahmat Allah dengan sebab diutusnya Nabi saw, inilah pengagungan Allah yang tinggi kepada Nabi Saw. Al-\’Allamah Zaini Dahlan dalam Duror as-Saniyahnya menyatakan:
وجوب تعطيم النبي صلى الله عليه وسلم ورفع رتبته عن سائر الخلق, وافراد الربوبية واعتقاد ان الرب منفرد بذاته وصفاته وأفعاله عن جميع خلقه, فمن اعتقد في مخلوق مشاركة الباري في شيئ من ذلك فقد أشرك
Kemanfaatan dari makhluk seperti halnya obat bagi yang sakit jangan diyakini memberi manfaat atau kesembuhan seperti kemanfaatan dan kesembuhan yang hakiki dari Allah SWT, karena dapat jatuh dalam perbuatan syirik. Dalam hal ini andad yaitu menjadikan makhluk sebagai tandingan kepada Allah, yang menjadikan syirik kepadaNya. Sedangkan wasilah hanya sebagai media dan pintu datangnya pertolongan dan kekuatan dari Allah.
Mudah mudahan kita semua menjadi muwahhidin plus muhibbin kepada Allah SWT. Aamiin.
(Kuliah umum Mahad Aly Idrisiyah, oleh Mursyid Syaikh Akbar Muhammad Fathurrahman, 8 Juni 2022)