Sumber dosa dan maksiat
1. Syahwat nafsu, artinya ketika berbuat dosa karena di dorong syahwat nafsu, dan kelezatan dosa, maka pelakunya masih bsa taubat tapi cendereng mengulang dosa yang sama, maka solusinya belajar menghukum nafsu dan menundukan syahwatnya.
2. Takabbur, sombong menjadi faktor dia maksiat, maka akan sulit taubat dari dosa karena sombong, seperti halnya Iblis. Ada yang sombong dengann dosanya maka sulit taubat.
Maka faktor yang membuat sombong seperti ilmu, kedudukan, jabatan, nasab, kekayaan dan lainnya, mesti di hilangkan terlebih dahulu, supaya bisa taubat nasuha.
3. Karena menganggap baik dan bermanfaat. Maka dosa ketika di dorong syubuhat dan kerancuan berfikir, atau ilmu yang diselimuti syahwat, maka sulit meninggalkan dosa atau tidak akan taubat darinya, karena dosanya dianggap baik dan benar. Maka tafakkur dan bahkan setelah merasakan akibat buruk dari dosanya baru akan meyadari kekeliruannya.
4. Dari ghaflah, awalnya tidak ada keinginan berbuat dosa, tapi karena hati dilalaikan degan perkara yang mubah atau tidak berfaidah maka menjadikan dia mudah di goda syaithan untuk berbuat dosa. Solusinya selain taubat yaitu hilangkan media kelalaiannya supaya bisa taubat nasuha, memutus akses akses yang menjerumuskan kepada dosa.
5. Ketidak tahuan dari aturan Allah SWT, sehingga dalam kubangan dosa, maka obatnya dengan belajar ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf.
6. Karena Allah ingin memberitahukan nikmatNya yang tidak diketahui hambaNya, berupa dijauhkan dari maksiat, kekufuran dan perbuatan syirik. Ini yang terjadi kepada para wali dan shalihin ketika berbuat dosa.
7. Supaya menjadi teladan dalam bertaubat bagi umat, seperti kesahan yang terjadi kepada para Nabi \’alaihimussalam, bahkan menghasilkan hikmah yang besar, karena dosanya bukan karena faktor faktor yang sudah dijelaskan sebelumnya, tapi terkadang karena kecendrungan kepada hakikat seperti lupa rakaat shalat karena tenggelam batin menyaksi kepada Allah SWT, ujian bagi umat, atau karena ada yang lebih utama, sehingga mereka taubat kepada Allah SWT karena kelemahan sebagian mereka tidak dapat meraih keunggulan Nabi lainnya, karena setiap Nabi dan Rasul,ada keutamaan dan keunggulan masing masing, dan hikmah lainnya.