Intelektual Muhadhir

 

 

\"\"

PENTINGNYA MEMILIKI MENTAL SPIRITUAL SKILL YANG BAIK BAGI PENDIDIK
Oleh: Adang Nurdin M.S., M.Pd
Direktur SDMU Idrisiyyah Foundation dan Muhadhir di Mahad Aly Idrisiyyah

Untuk mempunyai SDM yang baik, bukan hanya wajib mempunyai job skill yang baik, akan tetapi mental spiritual yang baik juga dibutuhkan. Peran dan fungsi pendidik sendiri tidak hanya sebatas untuk menaruh ilmu pada muridnya. Pendidik juga wajib harus menjadikan dirinya sebagai model dan panutan yang baik bagi murid-muridnya. Pendidik wajib mempunyai sifat sabar, penuh kasih sayang dan berakhlak mulia, agar bisa membimbing muridnya dengan baik. Lantaran itu, pendidik yang boleh dikata sebagai ujung tombak dan berada di garda terdepan pada proses belajar mengajar haruslah mempunyai kompetensi yang baik dan sanggup menjadi model yang baik juga bagi siswa. Sebagai hasilnya, pendidik akan sanggup melahirkan siswa yang mempunyai sikap, perilaku dan kepribadian yang etis.
Profesi pendidik adalah panggilan jiwa, maka jika ia berhadapan dengan anak siswa yang mempunyai sikap anti sosial, misalnya senang berkelahi, meminum minuman keras, maka hendaknya seseorang pendidik memberi bimbingan dan penyuluhan sebab bagaimanapun juga hal itu adalah tanggung jawab seseorang pendidik. Pasalnya, pendidik adalah sosok langsung yang menciptakan karakter dan kepribadian siswa, membuatkan nilai-nilai, menaikkan taraf pendidikan dan pengetahuan bagi anak didik. Dengan istilah lain pendidik wajib mempunyai kompetensi job skill yang baik bagi seseorang pendidik. Akan tetapi selain job skill yang baik, seseorang pendidik juga wajib mempunyai mental kemampuan spiritual yang baik. Problematika pada global pendidikan merupakan kemampuan mental spiritual seseorang pendidik, misalnya semangat mengajar, kedisiplinan waktu, hal-hal bersifat pencerahan adalah bagian berdasarkan kemampuan mental spiritual yang baik.
Pengembangan SDM tidak hanya cukup dengan pembekalan kemampuan bekerjanya saja, akan tetapi wajib seimbang menggunakan kemampuan mengelola mental spiritualnya. Motivasi pada berkhidmah sebagai indikator SDM yang baik atau tidak, sebab yang mendorong seseorang bekerja dengan baik itu bukan hanya kemampuannya, tetapi adanya kemampuan yang lahir berdasarkan motivasi. Yakni kemampuan yang lurus berorientasi pada Allah SWT, Rasul-Nya. Tujuannya bukan berorientasi pada dunia, tetapi pada akhirat. Inilah pentingnya seseorang pendidik mempunyai mental spiritual yang baik.
Berbicara mental spiritual, maka berbicara mengenai hati atau qolbu seseorang untuk menumbuhkan mental spiritual yang wajib diasah kecerdasan hatinya dan kebersihan hatinya dengan proses menjaga hati (riyadatul qolbi) dan mujahadatun nafsi. Itulah kunci memperoleh mental spiritual yang baik. Hati akan dipenuhi dorongan hawa nafsu sebagai akibatnya perlu upaya ekstra untuk mendidik dan menundukan hawa nafsu. Karakter nafsu digambarkan pada Al-Quran, ‘Sesungguhnya nafsu itu banyak memerintahkan kepada keburukan, kecuali nafsu yang dirahmati Allah SWT’, (lihat Q.S. Yusuf: 53). Pengertian ‘yang dirahmati Allah SWT’ merupakan nafsu yang dididik oleh agama. Nafsu yang dididik menggunakan agama membuatnya semakin dewasa. Di antara sikap buruk yang ditimbulkan dari dorongan nafsu yaitu karena sebab kemalasan. Dorongan tersebut mesti dilawan, tidak dibiarkan atau diikuti. Sekali dorongan nafsu diperturutkan, akan mengakibatkan nafsu semakin bertenaga menggodanya. Pada akhirnya sikap jelek akan dilakukan terus menerus. Ia tidak berdaya menolak lantaran sifat nafsunya masih kekanak-kanakan.
Riyadotul qolbi, melatih hati supaya tetap pada orisonalitasnya yakni bersih dan suci. Lantaran hati senantiasa bolak-balik, berangkat ke sekolah semangat tetapi saat melihat rekan kerja yang tidak satu frekuensi menjadi terganggu. Hal-hal yang demikian perlu pembinaan hati supaya tidak terpengaruh situasi dan kondisi yang terjadi. Proses melatih hati menggunakan tazkiyatun nafsi dibersihkan berdasarkan penyakit-penyakit batin misalnya riya, ujub, takabur, hasad. Inilah mengapa apabila tidak mempunyai mental spiritual yang baik, maka penyakit-penyakit batin bisa menggerogoti motivasi khidmah seseorang.
Tegakan pilar ruhani khauf yakni wajib takut kepada Allah SWT. Tidak melihat nominal honor yang kecil, niatkan saja semata-mata untuk menerima ridha Allah SWT. Jadilah karyawan Allah SWT dan jika takut kepada Allah SWT, kita akan menjadi pendidik yang berkualitas, pendidik yang sejahtera dan dihormati. Hati merupakan tempat tumbuhnya iman dan cahaya Allah SWT. Pendidikan Islam menggali potensi nalar dan hati. Ketika nalar membenarkan Al-Qur’an tidak mampu, itu lantaran iman hanya ada pada hati. Orientalis ada yang hafal Al-Qur’an dan hadist, akan tetapi hatinya terhijab sebagai akibatnya ia tidak beriman. Ilmu tasawuf inilah yang berfungsi membersihkan dan menggali potensi hati manusia. Sebab karakter nalar cenderung tetap sedangkan hati bersifat fluktuatif pada hal keimanan (mudah berubah). Maka kita harus segera mengikatnya menggunakan aturan syariat. Nabi SAW bersabda, ‘Al iimaanuu \’uryanun wa li basuhu at-taqwa’, (iman itu telanjang, dan pakaiannya merupakan taqwa). Dalam pendidikan Islam nalar dan hati wajib digali. Ilmu jika tidak menembus hati, tidak akan memperkuat iman. Inilah pentingnya keseimbangan antara soft skill dan mental skill untuk terus berkhidmah pada menjalankan tugas menjadi seseorang pendidi

TABLE OF CONTENTS

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.Lorem ipsum dolor sit amet consectetur adipiscing elit dolor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

YOU MIGHT ALSO ENJOY

FOLLOW US

Facebook
Twitter
LinkedIn
LinkedIn
WhatsApp